"Kekuatan informasi melalui teknologi yang modern dan canggih, selain untuk dipergunakan bagi kepentingan yang positif, tidak sedikit juga dipergunakan untuk kepentingan yang negatif," katanya saat membuka Tabligh Akbar dan Harlah Al-Ittihadiyah di Medan, Minggu.
Ia mengatakan, informasi dari belahan dunia manapun dengan isi segala materi isinya sangat mudah menyebar dan merasuk ke ruang-ruang kesadaran masyarakat melalui kemajuan teknologi informasi.
Nilai- nilai yang dulu dianggap sakral, kini mulai bergeser menjadi hal yang dianggap tidak memiliki makna lagi. Dengan teknologi informasi siapapun bisa menjadi berita dan siapapun dapat menyerapnya tanpa filter dan saringan yang memadai.
Sebagai contoh nyata, perkembangan jejaring sosial di internet seperti Face Book dan Twiter tanpa disadari telah membentuk budaya hidup baru. Tentunya fenomena tersebut memiliki manfaat seperti jaringan silaturahmi dan menyebarkan nilai-nilai positif lainnya.
Namun tidak dapat dipungkiri juga bahwa hal tersebut juga membentuk sikap dan prilaku negatif masyarakat
Oleh karena itu, kondisi tersebut perlu konstruksi nyata dari para ulama, kyai dan tokoh agama agar ikut berperan aktif dalam masalah-masalah tersebut.
Posisi ulama dan tokoh agama saat ini tidak cukup hanya sebagai pendakwah yang hanya berada pada level moral. Namun juga harus ikut mengentaskan berbagai persoalan nyata yang dihadapi masyarakat.
Tentunya ulama tetap menjaga keulamaannya, namun melihat kondisi yang dinamis karena cepatnya perubahan, maka peran ulama, kyai, ustad dan tokoh agama harus lebih ditingkatkan, minimal dapat mengikuti perkembangan yang terjadi.
Hal ini diperlukan agar masyarakat dapat dikawal dan dibina sesuai dengan dinamikanya, sehingga eksistensi ulama kyai, ulama dan ustad tetap menjadi penjaga moral yang tidak pernah lekang dari zaman.
"Peran orang tua juga sangat dituntut untuk lebih mengawasi anak-anaknya agar jangan sampai menyerap informasi yang dapat merusak moral dan keyakinan mereka," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar