Sejarah geologi Nusa Tenggara Barat (P. Lombok dan Sumbawa)
Evolusi setiap pulau di Nusa Tenggara cukup kompleks dan suka diperdebatkan.
Sebagai contoh, dalam menyiapkan makalah untuk PIT IAGI-HAGI tahun 2003
(Satyana, 2003 : Accretion and Dispersion of Southeast Sundaland : the Growing
and Slivering of a Continent), saya sempat mempelajari banyak makalah tentang
asal Sumba, dan secara kasar dapat saya sebutkan bahwa dari belasan makalah
yang ada tentang Sumba 80 % berpendapat bahwa Sumba dari Sundaland, 20 %
berpendapat bahwa Sumba asal Australia.
Mempelajari pulau2 di Nusa Tenggara harus dibedakan antara pulau2 oseanik dan
pulau2 kontinental. Pulau2 oseanik artinya pulau2 yang muncul dari kerak
samudra yang terisolasi dari kerak benua sebagai hasil subduksi oseanik ke
oseanik. Pulau2 oseanik ini di Nusa Tenggara membentuk baik busur dalam yang
volkanik maupun busur luar yang non-volkanik. Semua pulau oseanik ini umurnya
lebih muda daripada mid-Miosen (15 Ma). Pulau2 seperti ini misalnya
Lombok-Sumbawa-Flores-Alor-Wetar-Damar-dst.di Busur Banda. Pulau2 kontinental
masih merupakan bagian dari massa benua, masih berposisi di paparan benua,
hanya dipisahkan oleh laut zaman deglasiasi, misalnya Bali, keraknya bisa benua
bisa transisi. Termasuk ke dalam jenis ini adalah pulau berkerak benua, tetapi
sudah terpisah dari massa benuanya akibat peristiwa tektonik pada zaman
Paleogen. Contoh pulau seperti ini adalah Sumba. Ini kita sebut fragmen benua,
mikro-kontinen, atau island raft.
Lombok dan Sumbawa adalah busur kepulauan sebelah dalam yang bersifat
volkanik (inner volcanic island arc). Semua pulau busur dalam ini secara
struktur adalah yang paling sederhana di Nusa Tenggara, merupakan pulau2
oseanik volkanik muda (<>
pinggirnya atau material sediment yang berasal dari erosi bagian utama pulau
dan terlonggok (terakumulasi) di antara lidah-lidah lava dan material ekstrusi
volkanik lainnya.
Lombok dan Sumbawa merupakan bagian paling timur Busur Sunda. Setelah
Sumbawa, pulau2 volkanik ke sebelah timurnya kita sebut Busur Banda. Batas
antara Busur Sunda dan Busur Banda ini oleh Audley-Charles (1975) pernah
disebut sebagai Sumba Fracture, bahkan ia menyebutkan bahwa batas ini sebagai
batas struktur antara Indonesia Barat dan Timur. Dalam makalah saya itu
(Satyana, 2003), saya menyambungkan Sumba Fracture ini ke suatu diskontinuitas
di Laut Flores, lalu masuk ke Lengan Sulawesi Selatan dan menyambungkannya ke
Walanae Fault sebuah lembah sangat dalam di lengan Sulawesi dan menggunakan
diskontinuitas besar ini sebagai jalan untuk island raft Sumba berpindah dari
tepi tenggara Sundaland ke tempatnya sekarang pada Paleogen sebelum Busur Banda
menghalanginya (dalam suatu proses bernama slivering of the continent).
Lombok dan Sumbawa pun karena posisinya paling barat sebagai pulau2 volkanik
di Nusa Tenggara mereka paling tua umurnya sebab dari Busur Sunda ke Busur
Banda cenderung material penyusunnya semakin muda bergerak ke timur. Bila kita
urutkan dari kala tua ke kala muda, Pulau Lombok dan Sumbawa mempunyai sejarah
sebagai berikut :
- sebelum Miosen : tak ada kedua pulau ini
- base of pre-Miocene marine rocks (belum teridentifikasi, bisa ada
bisa tidak)
- Miocene : southern volcanoes form (submarine volcanoes)
- Mio-Pliocene : sub-aerial volcanoes (makin bergerak ke utara)
- Pleistocene : coral reefs form and are uplifted; 0.2 Ma northern
volcanoes form
- 0.04 Ma : Tamboras first caldera formed
- Holocene : Central plain infills
Dapat kita lihat bahwa di kedua pulau ini (juga hampir semua pulau di busur
dalam Nusa Tenggara) terdapat dua mountain land (southern dan northern) yang
terbentuk : gunungapi2 Mio-Pliosen yang sekarang tererosi tahap tua membentuk
pematang-pematang sempit tertoreh dalam, dan gunungapi2 aktif Kuarter muda yang
bentuknya masih kerucut. Ini mencerminkan perkembangan busur volkanik bagian
dalam seiring dengan bergeraknya zone subduksi ke utara. Di Lombok dan Sumbawa
jalur volkanik tua ada di sebelah selatan. Sisa-sisa gunungapi tua
andesitik-basaltik ini misalnya Gunung Mareje (716 m) di dekat Mataram Lombok
atau Gunung Sepakat dan Gunung Dinding di Sumbawa selatan. Di sekitar gunung
ini dapat dipelajari dengan baik bagaimana asal dan sekuen gunung ini dalam
hubungannya dengan batuan sediment yang tersingkap di sekitarnya, apakah
intrusi magmatik yang menerobos batuan sediment lebih tua, apakah gunungapi tua
yang di pinggirnya ditumbuhi terumbu karang, dsb.
Pengangkatan Resen terjadi sangat kuat di sebelah selatan Lombok-Sumbawa.
Batugamping dan konglomerat dari gunungapi2 tua terangkat membentuk tebing
pantai, misalnya di dekat Kuta dan Blongas di Lombok selatan (bandingkan dengan
pantai Uluwatu, Bali selatan hal yang sama juga). Dataran tinggi sebelah
selatan Taliwang (barangkali ingat ayam Taliwang ? he2..) di Sumbawa baratdaya,
juga merupakan uplifted coral limestones yang dulunya tumbuh menumpu (onlap)
gunungapi andesitik ke sebelah selatan dan tenggaranya.
Maka, di Lombok dan Sumbawa sebenarnya ada dua massif volkanik, di sebelah
selatan yang lebih tua (Miosen-Pliosen), dan di sebelah utara yang lebih muda
(Pleistosen-Holosen). Kedua masiff ini dipisahkan di bagian tengahnya oleh
sebuah jalur laut dangkal yang kemudian terisi oleh endapan volkanik dari kedua
gunungapi berbeda generasi ini, dan saat ini telah menjadi lembah di tengah
kedua pulau ini yang subur dan menjadi lahan pertanian (di Sumbawa tak
kelihatan lembah Central Plain ini karena massif gunungapi tua-nya tebal dan
berkembang lebih intensif). Gunungapi terkenal Rinjani (3726 m) di Lombok dan
Tambora (2850 m) di Sumbawa adalah produk gunungapi generasi ke dua yang
bergerak ke utara di kedua pulau ini.
Maka, bisa disimpulkan bahwa Lombok dan Sumbawa merupakan dua pulau oseanik
penyusun busur volkanik dalam di sistem Busur Sunda paling timur yang berasal
dari subduksi antara kerak oseanik Hindia dengan kerak oseanik yang membatasi
Sundaland di sebelah tenggara maka kedua pulau ini adalah a proper island arc
(bukan seperti Sumatra-Jawa-Bali yang merupakan produk subduksi kerak oseanik
di bawah tepi kerak benua-transisi Eurasia continental margin arc).
Batas antara kerak kontinental-transisi Eurasia dengan kerak oseanik yang
membatasi Sundaland di sebelah tenggaranya adalah Selat Lombok sebuah selat
sangat dalam tempat Alfred Russel Wallace menaruh garis demarkasi zoogeografi
pada tahun 1869. Maka cerita tentang rumpang keanekargaman hayati antara Bali
dan Lombok, yang duduk sebelah-menyebelas terhadap garis demarkasi ini akan
sama menariknya dengan cerita tentang diskontinuitas geologi kedua pulau ini
yang duduk di dua massa kerak yang berlainan.
Flores akan punya cerita tektonik yang lebih seru lagi sebab di selatan ia
dihalangi oleh fragmen benua Sumba, di utara ia berhadapan dengan Flores
megathrust yang sebenarnya sebuah subduksi kerak oseanik West Banda. Cerita
biogeografinya juga lebih seru dengan hadirnya sekian banyak makhluk endemic di
pulau ini, dari komodo sampai Homo floresiansis. Jelas kita harus memikirkan
Flores lain daripada yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar